Ada sebuah klaim bahwa sesudah periode Nabi Isa al-Masih akan datang seorang
Parakletos dengan sifat Hagios pneuma (lihat Injil Yohanes pasal 14 ayat
26) menjadi alasan positip bagi timbulnya hadis-hadis seperti ini yang
mengisyaratkan kesamaan misi dan ajaran antara Yesus dan Muhammad.Sehingga
eksistensi Muhammad dijadikan sandaran yang cukup kuat untuk membenarkan
kedatangan ulang Yesus dengan syariat yang dibawa oleh Muhammad bagi
para penafsir al-Qur’an dimasa lalu yang mendapat masukan dari mantan
Kristen. Padahal justru keberadaan Yesus dengan syariat Muhammad
memberikan gambaran negatip terhadap kesempurnaan Islam yang ada pada
ajaran Muhammad itu sendiri.
Sebagai Nabi
yang bersifat universal, seolah misi Muhammad dianggap gagal dan harus
ditegakkan ulang oleh Nabi sebelumnya yang hanya bersifat lokal. Jika
kita mau jujur dengan fakta, kenapa harus Nabi Isa seorang yang
dibangkitkan ? kenapa Nabi Musa tidak juga di-ikut sertakan ?Padahal hak
pengembalian umat kejalan Tuhan, adalah haknya setiap Nabi yang ada
dimasa lalu dan menjadi tanggung jawab mereka terhadap ajaran yang
mereka bawa.
Dalam hal
ini Nabi Musa, Ibrahim, Yunus, Daud, Sulaiman atau bila memang Zoroaster
dan Sidharta itu nabi maka Zoroaster dan Sidhartapun juga punya hak
yang sama dengan Isa al-Masih. Masalahnya yang salah jalan bukan hanya
umatnya Nabi Isa al-Masih, tetapi juga umat Hindhu, umat Budha, umat
Zoroaster, umat Yahudi Unitarian (beda dengan umat Yahudi yang
trinitarian). Lalu kenapa harus Isa ?
Dunia
menjadi saksi pembantaian umat Islam di Palestina. Semuanya ulah bangsa
Yahudi yang pernah menolak eksistensi kenabian Isa, mereka hanya
bersyariat kepada Musa. Apa mereka tidak lebih pantas diluruskan
daripada umatnya Isa ? jika patokannya adalah urusan ketuhanan, okelah
umat Yahudi kita sebut bertauhid, maka bagaimana dengan umat Budha,
Hindu, Zoroaster yang juga menyimpang dari Tauhid? Bukankah inilah yang
menjadi tugasnya dari Nabi Muhammad ?
Bila memang
Tuhan katakanlah menganggap perlu untuk mempertahankan eksistensi Nabi
Isa al-Masih sehingga beliau tetap hidup sampai hari ini. Kenapa Dia
tidak membiarkan Isa untuk tetap panjang usia sampai hari ini tanpa
harus mengutus Muhammad terlebih dahulu ? Atau kenapa al-Qur’an tidak
diberikan saja langsung pada Nabi Isa al-Masih dan membuatnya sekaligus
sebagai seorang Nabi yang universal tanpa harus dibatasi kedaerahan dan
kesukuan ?
Sebab dengan
pemaksaan kehadiran Isa al-Masih untuk kedua kali diakhir zaman, ini
sama saja dengan menganggap eksistensi Muhammad tidak berarti apa-apa.
Maha Suci Allah dari apa yang sudah kita persangkakan– Sesungguhnya Dia
sudah menurunkan wahyu-Nya dengan jelas mengenai perkara ini dan sama
sekali tidak membingungkan.
Muhammad
merangkum semua misi kelokalan yang pernah ada dimasa lalu dan menjadi
satu misi universal, lintas bangsa dan daerah. Beliaulah dengan
al-Qur’annya yang bertugas untuk meluruskan kekeliruan manusia dalam
mengamalkan ajaran agama mereka yang dinisbatkan pada ajaran para Nabi
dan Rasul Tuhan terdahulu.
Muhammad
akan mencakup semua kedaerahan yang pernah ada dimasa silam, tidak hanya
pada bangsa Israel, tetapi juga pada semua umat yang kepadanya sudah
pernah diutus para Nabi dan Rasul.
Oleh karena
itu maka ditinjau dari sudut pandang ini, pengutusan Nabi Isa untuk
kedua kalinya, secara tidak langsung akan Membatalkan fungsi Khatamun
Nabiyyin dari Muhammad, membatasi keuniversalan misi beliau serta
menganggap Islam yang diturunkan kepada Muhammad masih belum cukup
sempurna dan efektif sehingga masih harus disempurnakan oleh seorang
Nabi lainnya.
Hadis-hadis
tentang kemunculan Imam Mahdi dan berbagai fenomena akhir zaman terdiri
dari puluhan dan bahkan mungkin ratusan buah. Dari jumlah yang banyak
tersebut tidak semuanya menyebut eksistensi Nabi Isa al-Masih. Sehingga
kepercayaan kita pada kehadiran Imam Mahdi dengan beragam kejadian yang
menyertainya bisa saja dilepaskan dari kehadiran Nabi terakhir untuk
umat Bani Isael tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar